Layanan Tiket Pesawat Murah, Booking dan Cetak Sendiri Tiketnya

CARA MUDAH BERBISNIS TIKET PESAWAT

Apakah anda sudah siap untuk Bergabung??

Bergabung? silahkan klik disini

Sabtu, 07 Desember 2013

Kapan Malam Terbaik untuk Bercinta?


Kapan Malam Terbaik untuk Bercinta 

Segera periksa dan tandai kalender Anda. Sebuah penelitian menunjukkan, sekitar hari ke-14 setelah siklus menstruasi merupakan waktu paling tepat paling bercinta. Jika Anda berhubungan seks pada saat ini, kemungkinan untuk orgasme lebih besar.

Ternyata ada alasannya mengapa waktu tersebut dianggap paling tepat. Menurut penelitian, hari ke-14 setelah menstruasi kondisi organ klitoris lebih besar 20 persen dibanding hari lainnya. Tak heran jika setiap rangsangan akan memberikan sensasi lebih maksimal.

Penelitian tersebut dilakukan oleh tim dari Italia terhadap 24 wanita berusia 18-35 tahun. Pemeriksaan dilakukan melalui alat USG untuk mengukur pembuluh darah ke bagian klitoris.

Hari ke-14 juga merupakan masa terjadinya ovulasi atau kita kenal dengan masa subur. Sehingga masuk akal jika tubuh kita memberikan respon demikian untuk meningkatkan peluang kehamilan.

Para responden yang sudah menikah juga mengakui mereka hampir selalu berhubungan seksual ketika sedang masa subur.

Menurut Cesare Battaglia, PhD, salah satu peneliti, peningkatan kadar estradiol atau estrogen alami pada masa subur mungkin menjadi penyebab perubahan pada klitoris tersebut.

Meski begitu Anda tak perlu menjelaskan hal ini pada suami, hanya segera jadwalkan untuk bercinta pada hari ke-14 dari siklus Anda.

Sumber :WomensHealth

Jumat, 06 Desember 2013

Bolehkah Mencabut Uban?

MENCABUT UBAN

Bagi banyak orang, rambut di kepala ibarat sebuah mahkota. Ada kebanggan dan rasa percaya diri yang muncul bila memiliki rambut yang indah. Oleh karena itu, tidak jarang upaya menjaga kesehatan dan keelokan rambut menjadi perhatian serius.

Namun, masalah bisa saja terjadi tatkala rambut putih atau uban muncul. Perasaan risih dan kurang nyaman pun menyergap. Umumnya, tindakan yang dilakukan adalah dengan mencabut uban tersebut.

Mitos pun berkembang, ada yang menganjurkan hal tersebut tidak dilakukan. Sebab, mencabut uban dipercaya justru memperbanyak jumlah uban di kepala. Dicabut satu maka akan tumbuh dua. Benarkah demikian?

Pada dasarnya setiap rambut memiliki akar yang disebut folikel rambut. Folikel ini mengandung melanosit yang menghasilkan melanin. Pada saat sel melanosit tak mampu menghasilkan melanin yang berfungsi sebagai pewarna rambut, maka muncul uban.

Ada banyak faktor mengapa uban bisa tumbuh. Umumnya, saat memasuki usia 40 tahun uban akan mucul karena pada masa itu pigmen rambut berhenti memproduksi warna. Sedangkan jika pada usia di bawah 30 tahun sudah memiliki uban, bisa jadi disebabkan faktor genetik atau gaya hidup yang tidak sehat.

"Asupan makanan, pola makan yang tidak teratur, stres, kelembapan, penggunaan zat kimia berlebihan pada rambut akan mempengaruhi pigmen rambut setiap orang," ujar dr. Fanda Ayyu.

Pada sisi lain, uban akan tumbuh folikel demi folikel. Apabila uban dicabut maka akan digantikan oleh rambut baru dari folikel yang sama. Jumlah folikel pun tidak akan bertambah. Dengan begitu, mencabut uban tidak akan membuat rambut di sekitarnya ikut berubah warna.

"Sebagaimana mestinya rambut hitam tumbuh, begitu juga uban. Bila kita mencabut rambut, tentu kekosongan tempat itu akan diisi oleh rambut lain," terang dia.

Kalau pun muncul uban baru, katanya, waktunya tidak akan berselang lama setelah uban lama dicabut. Hal itu disebabkan adanya masalah pada produksi melanin tadi. Kemungkinan, memang sudah ada beberapa uban lain yang akan tumbuh sebelum tindakan mencabut uban dilakukan.

"Bukan berarti kalau uban dicabut lantas jumlahnya berlipat dan makin banyak," papar dokter yang kini bertugas di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto ini.

Jadi, dia menegaskan, mencabut uban tidak dapat menambah jumlah uban di kepala. Namun, lanjutnya langkah tersebut sebaiknya tidak dilakukan karena dapat merusak akar rambut dan sel saraf kulit.

"Karena dia (uban) tidak rontok dengan sendirinya maka akan berdampak pada pertumbuhan rambut," tukas dokter Fanda.

Sumber

Selasa, 03 Desember 2013

Horeee... UN untuk SD dihapuskan, dan Tidak Ada Lagi Siswa Tinggal Kelas di SD

Ilustrasi: Sejumlah siswa peserta ujian nasional SD dan sederajat, Senin (6/5/2013), di SD Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Ende 4, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.

Ujian nasional untuk sekolah dasar, sekolah dasar luar biasa, dan madrasah ibtidaiyah mulai tahun 2014 dihapuskan. Selain itu, mulai tahun depan juga, tidak ada lagi murid sekolah dasar yang tinggal kelas.

Murid yang belum memahami atau menguasai pelajaran tetap boleh naik kelas, tetapi harus mengulang pelajaran yang belum dikuasainya. Bentuk penilaian rapor sekolah dasar juga berubah, tidak lagi berisi angka-angka, tetapi berbentuk deskripsi untuk menilai sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa peserta didik.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Ramon Mohandas mengatakan hal itu sebelum Rapat Koordinasi Persiapan Implementasi Kurikulum 2013 dan Ujian Nasional 2014, Minggu (1/12) malam, di Jakarta. "Penilaian di SD tidak ada angka, tetapi narasi," katanya.

Untuk memperkenalkan sistem yang baru, kata Ramon, telah dilakukan pelatihan untuk guru pendamping yang turun ke lapangan. Mereka telah dijelaskan bentuk rapor, cara penilaian, dan pemberian angka. Pelatihan tahun depan mencakup 150.000 sekolah dasar, lebih besar dibandingkan tahun ini yang hanya mencakup 6.000 sekolah dasar.

Kepala Unit Implementasi Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tjipto Sumadi menambahkan, penilaian narasi dalam rapor harus menggunakan bahasa positif karena usia anak yang masih dalam batasan usia emas. Penilaian narasi juga harus bisa memotivasi anak untuk meningkatkan kemampuannya. "Selama ini jika anak diberi nilai lima atau nilai merah, justru kurang baik dari sisi psikologis anak," kata Tjipto.

Siapkan kisi-kisi

Meski ujian akhir diserahkan ke sekolah, kata Ramon, pemerintah tetap membuat kisi-kisi soal yang diserahkan ke sekolah agar ada standar kualitas soal. Kisi-kisi soal itu terdiri dari 25 persen dibuat pemerintah dan 75 persen dari satuan pendidikan yang berkoordinasi dengan kabupaten/kota serta provinsi.

"Keterlibatan pemerintah dalam membuat kisi-kisi soal jangan dianggap sebagai intervensi pemerintah. Semata-mata hanya agar ada standar kualitas soal, memudahkan sekolah sekaligus meningkatkan mutu sekolah secara bertahap," kata Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Dadang Sudiyarto.

Kisi-kisi soal itu sesuai dengan mata pelajaran yang akan diujikan, yaitu di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah meliputi mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA. Adapun untuk sekolah dasar luar biasa (SDLB), mata pelajaran yang diujikan adalah Matematika, Bahasa Indonesia, IPS, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Ujian sekolah untuk SD/SDLB/MI/Paket A/Ula akan diselenggarakan serentak pada 19-21 Mei.

Tahun lalu ujian nasional sekolah dasar dan sederajat diikuti 4,25 juta siswa di 148.361 sekolah.

Ujian nasional

Ujian nasional untuk SMP dan SMA sederajat masih akan tetap diselenggarakan. Sekretaris Jenderal Kemdikbud Ainun Na'im menjelaskan, ujian nasional tahun depan untuk SMA/MA/SMK sederajat, termasuk Paket C dan Paket C Kejuruan, dilaksanakan 14-16 April 2014. Sementara itu, UN susulan SMA/SMK sederajat pada 22, 23, dan 24 April 2014.

Adapun ujian nasional untuk SMP/MTs/sederajat termasuk SMPLN/Paket B/Usto (sekolah tingkat SMP nonformal di Kemenag) akan diselenggarakan pada 5-8 Mei. Sementara itu, UN susulan bagi SMP sederajat akan diselenggarakan pada 12, 13, 14, dan 16 Mei 2014. "Nilai kelulusannya tetap minimal 5,5," kata Ainun Na'im.

Ahli evaluasi pendidikan Elin Driana mengatakan, ujian nasional untuk semua jenjang pendidikan idealnya dihapus. Kalaupun sekarang masih diselenggarakan ujian nasional untuk SMP dan SMA sederajat, mestinya komposisi kelulusan berdasarkan rapor lebih besar daripada nilai UN. Saat ini untuk kelulusan siswa, komposisi nilai rapor 40 persen, sedangkan ujian nasional 60 persen.

"Sebab, nilai rapor lebih menggambarkan kondisi murid yang sesungguhnya. Guru juga lebih mengetahui kondisi dan kemampuan siswa sehari-hari," kata Elin.

Sumber: kompas.com