Maulwi Saelan. (TEMPO/Jacky Rahmansyah) Tak seperti pemain lain, penjaga gawang di Indonesia kerap tidak begitu diperhatikan. Padahal posisi ini amat penting. Kiperlah yang menjaga pertahanan terakhir tim agar tidak kebobolan. Ketika terjadi adu penalti, kiper pula yang kerap jadi pahlawan. Semakin lemah sebuah tim, semakin sering diserang, dan semakin berat pulalah kerja kiper.
Berikut ini, lima kiper terbaik Indonesia dari masa ke masa pilihan
Football Fandom.
Maulwi SaelanMaulwi Saelan ditakdirkan menjadi seorang penjaga. Mulai dari penjaga gawang sepak bola hingga akhirnya menjadi penjaga Presiden Indonesia pertama, Ir. Soekarno.
Lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Agustus 1928, Maulwi Saelan merupakan anak Amin Saelan, tokoh nasional di Makassar dan pendiri Taman Siswa di kota itu. Dia bergabung dengan tim nasional Indonesia era 1954-1958 dan berkontribusi besar dalam keberhasilan Indonesia menembus empat besar Asian Games 1954 dan meraih medali perungggu di Asian Games 1958.
Salah satu penampilan heroik Maulwi adalah ketika menghadapi Uni Soviet di Olimpiade Melbourne, 17 November 1958. Indonesia kala itu berhasil menahan imbang Uni Soviet yang merupakan salah satu tim terkuat Eropa dan dunia. Maulwi Saelan berjibaku menahan gempuran Igor Netto, Sergei Salnikov, dan Boris Tatushin. Skor 0-0 bertahan hingga akhir pertandingan.
"Saya jatuh-bangun menahan gelombang serbuan Beruang Merah. Pokoknya, kami bertekad tidak menyerah," kata Maulwi Saelan seperti dikutip dari Berdikari Online.
Kala itu, peraturan mengatakan bila pertandingan berujung seri, maka akan dilaksanakan pertandingan ulangan. Nah, di pertandingan ulangan esok harinya, timnas kalah 0-4. Mereka sudah terlalu lelah dan banyak cedera saat pertandingan pertama.
Maulwi Saelan setelah pensiun kemudian menjadi anggota Resimen Tjakrabirawa, pasukan elit yang mengamankan Ir. Soekarno sejak dibentuk pada 1962. Di kemudian hari naik jabatan menjadi wakil komandan. Tahun 1966, Maulwi Saelan menjadi ajudan Bung Karno. Dia juga sempat memimpin PSSI pada 1964-1967.
Ponirin Meka Ponirin Meka merupakan salah satu pemain terpenting di klub PSMS Medan ketika menjuarai liga Perserikatan 1984-1985. Di final, PSMS mengalahkan Persib Bandung dengan adu penalti 6-5 setelah bermain imbang 2-2 di waktu normal. Ponirin tampil sebagai pahlawan setelah mampu menggagalkan penalti Giantoro, Wolter Sulu, dan Adjat Sudrajat.
Penampilan memukau bersama PSMS kemudian membawanya masuk tim Garuda. Ponirin menjadi kiper utama ketika Indonesia tampil menawan di Asian Games 1986 di Seoul. Indonesia melaju ke semi final setelah di perdelapan final mengalahkan Malaysia 1-0 dan mengalahkan Uni Emirat Arab dengan adu penalti, 6-5 (2-2 di waktu normal). Ponirin menggagalkan penalti UEA di babak kedua sekali dan sekali lagi pada adu penalti. Sayang kemudian timnas kalah 0-4 dari tuan rumah Korea Selatan dan kalah 0-5 saat perebutan tempat ketiga melawan Kuwait.
Pemain yang dijuluki "Si Tangan Emas" ini juga ikut membawa Indonesia meraih medali emas untuk pertama kalinya di SEA Games 1987 yang berlangsung di Jakarta. Selama turnamen, Ponirin hanya kebobolan satu gol. Di babak grup Indonesia menang 2-0 atas Brunei Darussalam dan imbang tanpa gol melawan Thailand. Lantas menang 4-1 atas Myanmar di semifinal, dan menang 1-0 atas Malaysia di final melalui gol Ribut Waidi.
Eddy Harto Keberadaan Eddy Harto sebagai penjaga gawang Indonesia di SEA Games 1991 Manila asuhan Anatoly Polosin jelas sangat penting. Berkat pemuda kelahiran Medan, 16 Juni 1962 inilah tim nasional bisa meraih medali emas keduanya.
Sebelum berangkat ke Manila, tim yang digenjot latihan fisik berat diberangkatkan untuk bermain ke Piala Presiden Korea Selatan dan Merdeka Games di Kuala Lumpur. Kalah lima kali dan hanya menang sekali. Mencetak 3 gol dan kebobolan 18 gol. Tapi di Manila timnas perkasa. Menang melawan Malaysia 2-0, Vietnam 1-0, dan tuan rumah Filipina 2-1.
Di semi final dan final lah, Eddy Harto tampil sebagai pahlawan lantaran kedua laga ini berlangsung hingga babak adu penalti. Timnas akhirnya mengkandaskan Singapura 4-2 berkat Eddy Harto yang menggagalkan dua penendang penalti Singapura. Di final yang dihelat di stadion Rizal Memorial, Indonesia mengalahkan Thailand 4-3 melalui adu penalti. Lagi-lagi Eddy Harto menggagalkan dua penalti lawan.
Hendro Kartiko Pria kelahiran Banyuwangi, 24 April 1973 ini sembilan tahun menjaga gawang timnas Indonesia, lebih dari lima puluh pertandingan. Hendro Kartiko menjaga gawang timnas di tiga edisi piala Asia, mulai 1996 kemudian 2000 dan 2004.
Penampilan paling memukaunya saat ada di Piala Asia 2000 yang diselenggarakan di Lebanon. Oleh banyak media internasional, kiprahnya bahkan membuatnya dijuluki "Fabian Barthez Indonesia" berkat kepiawaiannya menjaga gawang dan kepalanya yang plontos. Penampilan hebatnya kemudian menempatkannya menjadi kiper tim All Star Asia 2000, bersaing dengan kiper Cina, Jiang Jin.
Di klub sendiri, Hendro sudah berkiprah mulai dari Persebaya, Persija, Mitra Kukar, dan klub-klub lainnya. Kini setelah memutuskan pensiun, Hendro menjadi pelatih kiper Arema.
Kurnia Meiga Hermansyah Mungkin banyak yang mengira terlalu dini menempatkan nama Kurnia Meiga Hermansyah sebagai salah satu dari lima kiper terbaik pilihan di sini. Namun, apa yang dicapai dan perkembangannya memang layak untuk diapresiasi.
Usianya baru 23 tahun. Pemuda kelahiran Jakarta, 7 Mei 1990, ini sudah menjadi kiper pilihan pertama di timnas senior. Dirinya juga selalu menjadi kiper pilihan pertama di jenjang timnas U-19, kemudian U-21, dan U-23 ketika dia berhasil mengantarkan Indonesia meraih medali perak di SEA Games 2011 lalu.
Di tingkat klub, prestasi Kurnia Meiga juga mentereng. Berhasil membantu Arema meraih gelar juara Indonesia Super League musim 2009/2010 dan juara dua Piala Indonesia 2010. Dirinya juga terpilih sebagai pemain terbaik liga mengalahkan pemain yang lebih senior seperti Aldo Baretto, Cristian Gonzales dan Ricardo Salampessy.
Bertinggi 190 cm, jelas dia memiliki postur ideal menjadi kiper. Kemampuannya untuk menghalau bola dan memberi komando di lini belakang sama baiknya. Hanya emosinya perlu dikontrol. Dia pernah kena sanksi 5 bulan dan denda Rp30 juta oleh Komisi Disiplin PSSI.
Kurnia Meiga memiliki bakat yang besar. Dan kini di bawah bimbingan Hendro Kartiko, semoga dia bisa berkembang dengan baik. Setelah hanya menjadi kiper ketiga di Piala AFF 2010, kini posisi kiper timnas senior sudah menjadi miliknya.
Sumber