Perusahaan penerbangan komersial tidak berjadwal itu akan membuka rute baru.
PT Indonesia Air Transport Tbk (IATA) siap menjajaki kerja sama dengan sejumlah investor guna mendukung aksi korporasi perseroan tahun ini.
"Kami tidak menutup kemungkinan menjalin kerja sama dengan investor dalam menyukseskan ekspansi bisnis perseroan," ujar Sekretaris Perusahaan Indonesia Air Transport, Ganis Arman Zuvianto, saat dihubungiVIVAnews.com di Jakarta, Selasa 2 Agustus 2011.
Menurut Ganis, untuk keperluan ekspansi, perusahaan penerbangan komersial tidak berjadwal atau charter itu menyiapkan dana dari kas internal maupun pinjaman perbankan. "Kami siapkan dari dua opsi itu dulu," kata dia.
Sementara itu, ekspansi bisnis yang dilakukan Indonesia Air Transport, dia menuturkan, berupa penambahan sejumlah rute penerbangan baru. "Tapi, kami belum bisa sebutkan rutenya mana saja ya," ujar Ganis.
Mengenai kabar bahwa salah satu maskapai domestik sedang menjajaki kepemilikan saham Indonesia Air Transport, Ganis mengaku belum mendengarnya. "Kalau soal itu --investor strategis yang meminati saham IATA--, belum tahu. Yang pasti, kami sedang gencar ekspansi," tuturnya.
Per 30 Juni 2011, PT Global Transport Service tercatat menguasai saham berkode IATA sebanyak 53,01 persen, Global Far East Invesments Ltd 12,15 persen, dan Starlight 10,52 persen. Sedangkan sisanya dimiliki publik.
Pada perdagangan Selasa pukul 10.30 WIB, harga saham IATA melemah Rp1 atau 1,66 persen di level Rp59. Sementara itu, pada pembukaan transaksi pagi ini, saham Indonesia Air Transport stagnan di posisi Rp60.
Sebelumnya, Indonesia Air Transport berupaya menggenjot kinerja keuangan tahun ini. Untuk itu, perseroan sedang mengincar tender charter pesawat dari perusahaan pertambangan di Kalimantan Timur.
"Kami tidak menutup kemungkinan menjalin kerja sama dengan investor dalam menyukseskan ekspansi bisnis perseroan," ujar Sekretaris Perusahaan Indonesia Air Transport, Ganis Arman Zuvianto, saat dihubungiVIVAnews.com di Jakarta, Selasa 2 Agustus 2011.
Menurut Ganis, untuk keperluan ekspansi, perusahaan penerbangan komersial tidak berjadwal atau charter itu menyiapkan dana dari kas internal maupun pinjaman perbankan. "Kami siapkan dari dua opsi itu dulu," kata dia.
Sementara itu, ekspansi bisnis yang dilakukan Indonesia Air Transport, dia menuturkan, berupa penambahan sejumlah rute penerbangan baru. "Tapi, kami belum bisa sebutkan rutenya mana saja ya," ujar Ganis.
Mengenai kabar bahwa salah satu maskapai domestik sedang menjajaki kepemilikan saham Indonesia Air Transport, Ganis mengaku belum mendengarnya. "Kalau soal itu --investor strategis yang meminati saham IATA--, belum tahu. Yang pasti, kami sedang gencar ekspansi," tuturnya.
Per 30 Juni 2011, PT Global Transport Service tercatat menguasai saham berkode IATA sebanyak 53,01 persen, Global Far East Invesments Ltd 12,15 persen, dan Starlight 10,52 persen. Sedangkan sisanya dimiliki publik.
Pada perdagangan Selasa pukul 10.30 WIB, harga saham IATA melemah Rp1 atau 1,66 persen di level Rp59. Sementara itu, pada pembukaan transaksi pagi ini, saham Indonesia Air Transport stagnan di posisi Rp60.
Sebelumnya, Indonesia Air Transport berupaya menggenjot kinerja keuangan tahun ini. Untuk itu, perseroan sedang mengincar tender charter pesawat dari perusahaan pertambangan di Kalimantan Timur.
"Tender itu senilai US$2,9 juta dari perusahaan pertambangan di Muara Bakau, Kaltim," ujar Presiden Direktur IATA, Syafril Nasution, usai RUPSLB di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Syafril menambahkan, perseroan juga akan membuka rute penerbangan baru di sejumlah daerah. (art)
Syafril menambahkan, perseroan juga akan membuka rute penerbangan baru di sejumlah daerah. (art)
Sumber : VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar